Philip
Mantofa lahir di Surabaya pada tanggal 27 September 1974, dia merupakan
anak ke dua dari tiga bersaudara. Semuanya laki-laki. Waktu kecil Philip
sering step dan kejang-kejang. Dalam kekalutan ibunya berkata kepada
Tuhan :"Tuhan, jangan diambil! Anak ini saya berikan kepadaMu! Jaga dia,
Tuhan!" Setelah agak besar, Phlip masih mengalami kesulitan untuk
berjalan. Oleh Dokter disarankan untuk memakai sepatu dari besi yang
biasa digunakan untuk anak yang cacat karena polio. Hal ini membuatnya
menjadi minder dan tidak mau keluar rumah.
Papa Philip walaupun
bukan orang Kristen, tetapi mengijinkan Philip mengikuti sekolah minggu
di gereja.Waktu Philip akan masuk SD, orang tuanya menyekolahkan ke
Taiwan. Hal ini untuk sekalian perawatan kesehatannya. Bersama dengan
kakaknya Maxixe, Philip sekolah di Ho Bu Guo Xiao, Taipei, Taiwan.
Kenakalannya menjadi-jadi saat mulai sekolah di Taiwan. Philip gampang
sekali emosi, marah dan berkelahi dengan teman-temannya.
Tak lama
kemudian mereka pulang ke Indonesia dan bersekolah di SDK St. Aloysius,
Kepanjen Surabaya. Tiap hari Philip berkelahi dan itu terus berulang
sampai ia masuk SMP. Suatu saat pernah ada kakak kelasnya yang tidak
terima dan mengajak seorang tentara untuk membunuh Philip. Dengan
berbagai pertimbangan orang tuanya menyekolahkannya ke Singapura.
Di
Singapura, ia terlibat dalam okultisme, dari mempelajari buku yang
dibeli di Singapura. Saat sekolah ia mengalami pelecehan seks oleh
pembimbing / guru lesnya. Hal itu menambah kepahitan dalam hidupnya.
Selain itu Philip sering berkelahi dengan anak-anak di lingkungannya.
Kedua
orang tua Philip kemudian menyekolahkannya ke Kanada bersama kedua
saudaranya. Dibawah bimbingan Pdt Sonny, Gereja "Emmanuel Indonesian
Christian Fellowship", semua roh-roh jahat dilepaskan. Hal itu tidak
berlangsung secara mudah, tetapi membutuhkan kesabaran dan ketekunan.
Philip dibaptis di gereja itu dan mulai dibentuk karakternya oleh Tuhan.
Ketika
memutuskan untuk kuliah di Sekolah Theologia, dia takut mengutarakan
keinginannya itu kepada ayahnya. Karena ayahnya belum mengenal Tuhan.
Selama 3 hari ia mengurung diri di kamar. Ia berdoa, stress! Saat ia
mengatakan ke ayahnya, diluar dugaan ayahnya cuma menjawab pendek "Oke,
bagus, Lip! Papa dukung!"
Philip menyelesaikan studinya di
Columbia Bible College Canada, dan diwisuda pada 20 April 1996. Semua
itu dilaluinya dengan tidak mudah. Ia sempat praktek di Ungaran Jawa
Tengah pada tahun 1994. Philip harus adaptasi dengan lingkungan yang
ada. Tetapi semuanya itu dijalani dengan suka cita.
Saat ia ulang
tahun, papanya bermaksud membelikan mobil Mercedes. Tapi ia menolak,
alasannya, anak-anak rohaninya banyak yang masih jalan kaki atau naik
angkutan umum, mana mungkin dia sebagai bapak rohani naik Mercedes.
Philip
menikah dengan Irine dan memiliki seorang anak perempuan bernama
Vanessa. Irine menceritakan perkenalan dengan Philip. Sebagai istri
hamba Tuhan, ia menyadari kalau harus berbagi dengan Tuhan.
Pelayanan
Philip berhasil karena cintanya dengan Tuhan. Ia selalu membaca Firman
dan berdoa setiap hari. Pada saat penyembahan dilakukan lawatan Tuhan
hadir, sehingga membuat orang-orang disekelilingnya menangis. Padahal
penyembahan yang dilakukan sama dengan yang orang lain lakukan.
Pada
suatu retreat tahun 2003, ketika dalam suasana penyembahan, tiba-tiba
Siane (penulis buku), dapat melihat adanya kabut tipis dua lapis turun
dan naik secara teratur di sekeliling tubuhnya. Dan ketika acara
tersebut berakhir, hampir seluruh area altar dipenuhi oleh kabut tipis
itu. Bapak Ongky, bagian multimedia, mengisahkan saat akan mengarahkan
gambar ke Philip, gambarnya menjadi kabur. Sedangkan bila kamera
diarahkan ke peserta retreat, gambar yang dihasilkan tampak terang dan
jelas.
Didalam acara Festival Kuasa Allah, banyak mujizat dan
kesembuhan terjadi. Seorang bapak yang lumpuh berkata seperti dialiri
air yang sejuk dan bapak itu bisa langsung melompat berdiri. Juga
seorang ibu yang lumpuh kaki kanannya dan harus berjalan dengan tongkat.
Ia merasa sesuatu yang panas menjamahnya dan ia bisa berjalan tanpa
menggunakan tongkatnya. Halleluya.
Mengenai imannya, ada cerita
yang mengesankan. Waktu KKR di Salatiga. Semua orang sudah siap di
lapangan ketika hujan deras tiba-tiba membuyarkan acara. Semua orang
semburat mencari tempat berteduh termasuk pemimpin pujiannya. Padahal
KKR harus dimulai. Waktu itu Pak Philip maju dan mengambil mic. Ia
menaikkan satu pujian dan menyanyikannya berulang-ulang. Melihat itu,
semua orang mau tidak mau maju ke panggung. Kemudian apa yang terjadi
setelah itu ? Hujan itu cuma bertahan sekitar 10 hingga 15 menit.
Setelah itu berhenti.
Begitu berhenti Philip langsung memberikan
mic nya kepada song leader sambil berbisik ditelinganya. "Lain kali
kalau menghadapi situasi seperti ini gunakan imanmu."
Melalui Pdt Philip, banyak anak muda terpanggil, menjadi pekerja pelayanan full timer.
Sumber : Before 30
Kunjungi juga di philipmantofa.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar